Mengulas perkembangan dunia
telekomunikasi seluler di Indonesia saat ini tentu tidak terlepas dari sejumlah
layanan yang ditawarkan operator di negeri ini, termasuk konten-konten asli Indonesia.
Tengoklah RBT, video, atau game-game yang terlahir dari buah pemikiran serta
luapan ide-ide cemerlang dari generasi penerus bangsa yang sepertinya masih
mencari jati diri ini, kesemuanya itu merupakan wujud optimisme sekaligus dinamisme
yang sangat berharga bagi kemajuan bangsa ini.
Beberapa tahun yang lalu, para
penyanyi, seniman, penulis, hingga pengembang perangkat lunak di negeri ini mengalami
kejenuhan karena harus meratapi kenyataan pahit praktek-praktek pembajaan hak
cipta yang tentunya sangat berdampak pada semangat serta keuntungan finansial
dari karya-karya mereka itu. Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual sepertinya
tidak mampu mengembalikan optimisme mereka yang telah direnggut oleh para
pembajak karya.
Beberapa tahun kemudian, semangat
berkarya itu bangkit kembali seiring dengan pesatnya perkembangan dunia
telekomunikasi seluler yang mampu menampung karya-karya anak negeri. Dalam
balutan layanan operator, para penyanyi, seniman, penulis, hingga pengembang perangkat
lunak kembali bergairah untuk mengeluarkan karya-karya spektakuler yang mampu
memikat para pengguna handphone
maupun smartphone yang jumlahnya juga
meningkat tajam di negeri ini.
Fenomena ini tentu menjadi sebuah
kebanggaan sekaligus kebahagiaan bagi negeri ini mengingat rantai supply-mediator-demand tersebut
memunculkan beragam manfaat serta keuntungan. Bagi pemilik karya, mereka tentu mampu
memetik buah ide dan pemikirannya dalam bentuk apresiasi maupun finansial; bagi
operator, mereka dapat memetik margin keutungan yang tidak sedikit atas fungsinya
sebagai media penghubung; sementara bagi pengguna layanan, tentu mereka akan
memiliki warna lain dari hanya memanfaatkan perangkat selulernya untuk telepon
maupun sms.
Sayangnya, hubungan positif yang
mulai menggeliat tersebut dinodai dengan adanya praktek-praktek pencurian pulsa
yang sempat menurunkan kepercayaan pengguna atas operator maupun konten-konten
yang ditawarkannya itu. Trauma hilangnya pulsa secara tiba-tiba menjadi sebuah
momok yang mulai dihindari pengguna sementara para pencetus karya dari konten-konten
yang sebelumnya banyak dinikmati para pengguna pun mulai resah.
Untungnya, gerak cepat berbagai
pihak yang berupaya keras menghapus praktek-praktek penyalahgunaan akses
tersebut mulai memberikan hasil yang optimal. Pengguna pun mulai melirik kembali
konten-konten Indonesia sebagai wujud apresiasi karya anak negeri, sekaligus
solusi atas stagnansi pemanfaatan handphone
sebagai media komunikasi yang hanya berkutat seputar telepon dan sms. Kembalinya
gairah ini tentu mampu membangkitakn kembali kepercayaan kita bersama bahwa
konten Indonesia memang layak dipresiasi sekaligus dikembangkan.
Kedepan, tentu kita semua
berharap agar simbosis mutualistis yang telah terjalin ini dapat terus terjaga,
bukan sekedar untuk memenuhi hasrat diri atau sekedar keutungan finansial semata.
Jauh dari kesemuanya itu, geliat optimisme dan dinamisme kita sebagai bangsa berkembang
akan terus meningkat seiring penghargaan serta rasa handarbeni kita terhadap hasil karya bangsa sendiri. Jika bukan kita
yang mau mengangkat derajat bangsa ini, lalu siapa lagi?